Friday, October 22, 2021

Al Maghfurlah Kyai Sholihin, Santri Mbah Hasyim Asy'ari yang Membunuh Jenderal Mallaby dengan Dua Jari.

 🟢 SANTRI NUSANTARA SIAGA JIWA RAGA



Al Maghfurlah Kyai Sholihin, Santri Mbah Hasyim Asy'ari yang Membunuh Jenderal Mallaby dengan Dua Jari.


Al Maghfurlah Kyai Solihin bin Kyai Muhammad Amin (Madamin) adalah salah satu ulama Pejuang yang lahir sekitar tahun 1912 di Cirebon Jawa Barat, dari keluarga Pesantren Babakan Ciwaringin yang sederhana namun tegas dalam hal agama. Kyai Sholihin adalah Santri Hadrotussyaikh KH. Hasyim Asy’ari Tebu Ireng, beliaulah satu - satunya Santri yang mendampingi Hadrotusyaikh ketika dipenjara oleh Tentara Jepang.


Ketika Hadrotussyaikh dijemput paksa oleh tentara Jepang dan dibawa dengan mobil truk yang melaju dengan kencang, para santri yang berusaha menghentikannya dihalangi oleh barisan tentara Jepang, namun sekonyong - konyong Kyai Sholihin melepaskan diri dari penjagaan para tentara Jepang tersebut, dan berlari mengejar mobil yang sedang melaju kencang itu dan berhasil melompat ke dalam truk yang membawa Hadrotussyaikh.


Hingga sesampainya truk tersebut di markas Jepang, Hadrotussyaikh langsung dibawa ke penjara, Kyai Solihin meminta menemani Hadrotussyaikh ikut dipenjara namun oleh Komandan Jepang tidak diperbolehkan masuk sambil didorong, maka dengan lantang Kyai Solihin berkata : ”Saya Sholihin dari Cirebon”, sambil menunjuk Komandan tersebut,  sampai para Komandan Jepang dan serdadu Jepang lainnya tertegun. Mengetahui hal itu, Hadrotus syaikh langsung berujar “Ra popo (nggak apa - apa)“, maka Komandan Markas  tersebut kemudian mengizinkan beliau ikut dipenjara satu sel bersama Hadrotussyaikh Hasyim Asy'ari.


Selama 4 bulan Kang Sholihin (sapaan akrab diantara para santri Tebuireng), setia mendampingi Hadrotus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari dipenjara, beliau dengan penuh ta’dzim melayani segala kebutuhan Gurunya dengan sigap, seperti waktu Hadrotussyaikh dipenjara ditempatkan diruangan yang berdekatan dengan teras sehingga ketika hujan air masuk, Kyai Solihin mengelap ruang penjara tersebut, sampai mengusap - usap telapak kaki Hadrotussyaikh dengan bajunya sehingga, Hadrotussyaikh merasa tenang. Maka tidak heran ketika Kyai Sholihin meninggal dalam pembacaan Talqinnya, Kyai Ali Masina menyematkan Syahadah : “Hadza Sohibus sijni Mbah Hasyim Asy’ari”.


Pada masa penjajahan Jepang itu, Kyai Sholihin di berikan amanat oleh Hadrotussyaikh KH. Hasyim Asy’ari sebagai Lurah di Pesantren Tebu Ireng. Beliau menjalankan amanat tersebut dengan mengatur dan melaporkan segala rutinitas Pesantren pada Hadrotussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, walaupun ketika itu teror dan ancaman sering menerpa Pesantren, Kang Sholihin tak gentar menghadapinya. Disamping menjalankan amanat sang Guru, beliau juga telah dibekali berbagai ilmu lahir batin dari orang tuanya Kyai Madamin yang notabene seorang Ulama yang besar dari Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon.


Suatu ketika ada kejadian di Pesantren TebuIreng, yaitu salah satu santri Hadrotussyaikh KH. Hasyim Asy'ari yang bernama Mas Dawam ditembak oleh tentara Jepang dan jasadnya digantung di sebuah tempat yang terbuka, yaitu di Alun - alun, yang mana dimaksudkan sebagai bentuk intimidasi pada warga pribumi dan santri untuk tidak melawan, karena siapapun yang akan melawan akan bernasib sama seperti itu, sehingga jasad Syuhada Mas Dawam tidak ada yang berani mengambil.


Dengan perasaan duka yang mendalam serta penuh keprihatinan, Hadrotussyaikh KH. Hasyim Asy’ari memerintahkan Kang Solihin untuk mengambil jasad Mas Dawam yang di gantung tentara Jepang tersebut. Maka dengan tekad yang kuat beliau menyatakan Siap !. Hingga kemudian Hadrotussyaikh membekali Kang Sholihin dengan sepucuk pistol milik Gus Kholiq, salah satu putra beliau.


Dengan berbekal perintah guru dan semangat perjuangan walau dalam keadaan hujan, Kang Sholihin melangkah untuk mengambil jasad Syuhada tersebut. Dan sebelum mengambil jasad tersebut, beliau masuk ke sebuah Mushola untuk melaksanakan Sholat sunnah 2 roka'at, dengan dilanjutkan membaca wiridan yang telah diterima dari orang tuanya, berupa Hizib Nashor, Hizib Nawawi, Hizib Bahri ditutup dengan Aji Penakluk - berbahasa Cirebon.


Hingga senja hampir Maghrib, saat beliau keluar dari Mushola tersebut sambil membawa beberapa jama'ah untuk ikut dalam misi penyelamatan tersebut. Sesampainya didekat lokasi yang dituju, beliau berdiri dan mengangkat pistol dan menembakkan peluru keatas, dengan izin Allah SWT, suara letusan pistol itu terdengar oleh tentara Jepang bagaikan dentuman meriam, hingga membuat tentara Jepang kaget dan bingung hingga lari tunggang langgang hingga menanggalkan senjata yang di pegangnya, saat itulah Kang Solihin bergegas mengambil Jasad Mas Dawam, sementara teman - teman yang lain mengambil senjata yang di tinggalkan tentara Jepang tadi. Jenazah Mas Dawam lantas beliau bawa kembali ke Pondok Pesantren Tebuireng untuk dimandikan, dikafani, disholatkan dan dikuburkan.


Dengan keberanian dan kemampuan Kyai Sholihin, Hadrotussyaikh sering mempercayakan Kang Sholihin untuk mendampingi setiap aktivitas perjuangannya, dikarenakan Putra Cirebon yang dikenal banyak memiliki tokoh yang mumpuni dalam bidang kejadukan yang masih ada dan dianggap mampu dalam hal itu adalah beliau. Dimana Kyai Abbas Buntet dan Kyai Amin Babakan saat itu sudah berada di pesantrennya masing - masing.


Kecintaan dan ketaatan Kyai Sholihin terus berlangsung hingga Hadrotussyaikh meninggal, beliaulah salah seorang yang jadi saksi kepergian Hadrotussyaikh menuju Sang Pemilik Hidup dengan tenang. 


Kiai Solihin tak sekadar pembantu, melainkan “tangan kanan” Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari. Beliau dikenal tegas, pemberani, dan ditakuti santri - santri.


Beliaulah, menurut cerita tutur banyak orang, yang membunuh Jenderal Mallaby, sang pemimpin tentara Inggris di Surabaya, dengan kedua jarinya tepat di tenggorokan Sang Jendral.


Kiai Solihin dikenal dekat dengan keluarga Hadratu Syaikh dan saudara - saudara beliau juga banyak yang mondok di situ, seperti adiknya sendiri, Kiai Bulkin Fanani, dan kakak iparnya, Kiai Masduki Ali. Juga masih bersaudara dengan Kiai Idris Kamali, menantu Hadratus Syaikh.


Hubungan kekeluargaan tersebut masih terjalin sampai Kiai Solihin pulang ke kampung halamannya di Pondok Pesantren Babakan, Ciwaringin, Cirebon. Gus Kholik, Gus Ya’kub, juga Gus Yusuf sering silaturahmi dan bertandang ke rumahnya. Bahkan, menurut sebuah cerita, Gus Ya’kub sering sekali ke rumah Kiai Solihin untuk meminta Jimat.


Kiai Solihin merupakan putra tertua Kiai Muhammad Amin (Ki Madamin). Beliau wafat tanggal 17 Agustus 1968 dan dimakamkan di kompleks pemakaman Kiai Abdul Hannan di Babakan Ciwaringin Cirebon. Pada saat dimakamkan tak sedikit keluarga Hadratu Syaikh yang hadir dan ikut mendoakan langsung.


Kiai Ali, adik Kiai Idris Kamali menantu Hadratu Syaikh,  menyebut “Hadza sohibussijni Hasyim Asyari” pada saat menalqin beliau menuju peristirahatan terakhirnya.


Keterangan: 

Diolah dari santrinews.com, dari wawancara dengan Ny. Syamsyiyyah [putri Kiai Solihin], Kiai Makhtum dan Kiai Tamam Kamali [keponakan Kiai Solihin] oleh Jamaluddin Mohammad.


Kagem Beliau" LahumAlFaatihah 🌷


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ . الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ،  الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ، إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ، اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ، صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ. أمين


اَللَّــهُمَّ صَلِّ عَـلـٰى سَـيِّـدِنَـا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَنَـبِـيِّكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ الْأُمِّـيِّ وَعَــلـٰى أَلِـهِ وَصَحْبِهِ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا بِقَدْرِ عَظَمَةِ ذَاتِكَ فِى كُلِّ وَقْتٍ وَحِيْنٍ


#SantriNUsantara

#IhdaKeilaAstaghitsaSantriNUsantara

🌷💚❤️💝🇮🇩

Thursday, January 14, 2021

Makalah Matematika tenntang Hakikat dan Pembelajaran Matematika

 

 

 

HAKIKAT DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

 

 

 

 

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

 

 

 

 

 

 

 

Oleh

 

 

 

WAHYU CAHYOKO

40216073

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BUMIAYU

2021

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa. Selain itu, pembelajaran juga merupakan usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaanya terkendali. Lebih lanjut, dikatakan bahwa pembelajaran pada hakikatnya juga merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran (Siregar dan Nara, 2010: 12).

Sementara itu, Trianto (2012: 17) menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pembelajaran juga merupakan usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Selain itu, pembelajaran juga merupakan cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami suatu yang sedang dipelajari atau memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Sasaran utama pembelajaran adalah membangun gagasan sainstifik setelah siswa berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa, dan informasi dari sekitarnya (Hamdani, 2011: 23).

Setiap pembelajaran memiliki tujuan, seperti halnya dengan pembelajaran matematika. Susanto (2016: 183) menjelaskan bahwa matematika adalah salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal. Belajar matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Matematika bertujuan untuk melatih siswa dalam menalar secara kritis, kreatif, dan aktif.

Penekanan pembelajaran matematika tidak hanya pada melatih dan hafal fakta, tetapi pada pemahaman konsep, dalam pemahaman tentu saja disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa, mengingat objek matematika adalah abstrak. Karena objeknya abstrak maka penanaman konsep matematika di sekolah dasar dapat mungkin di mulai dari penyajian konkret. Selain itu dalam belajar matematika, memerlukan suatu dorongan atau motivasi yang tinggi (Sundayana, 2016: 2).

Tentunya agar tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai diperlukan pemahaman guru terhadap hakikat matematika dan pembelajaran matematika. Apabila guru tidak memiliki pemahaman yang cukup, maka dapat dipastikan pembelajaran matematika yang dilaksanakan tidak dapat berjalan secara efektif, sehingga wajar banyak siswa yang memandang bahwa matematika merupakan pembelajaran yang sangat sulit. Dari hasil studi Trend in International Mathematics and Science Studi (TIMSS) menunjukkan bahwa pada tahun 2015 Indonesia berada di posisi 44 dari keseluruhan 49 negara yang berpartisipasi (Hadi dan Novaliyosi, 2019: 2). Selain hasil tersebut, pada studi Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2018 menunjukkan hasil bahwa skor yang diperoleh siswa di Indonesia sebesar 396, sedangkan skor tertinggi dipegang oleh China dengan skor sebesar 591. Aspek yang dinilai dalam PISA ada tiga, yaitu kemampuan membaca, matematika, dan sains (edukasi.kompas.com)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis berupaya menjelaskan mengenai hakikat matematika dan pembelajaran matematika melalui makalah ini. Adapun judul yang diambil adalah “Hakikat dan Pembelajaran Matematika”.

B.       Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dibahas di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut.

1.        Bagaimana hakikat matematika.

2.        Apa yang dimaksud dengan pembelajaran matematika.

C.      Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut.

1.        Untuk mengetahui bagaimana hakikat matematika.

2.        Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pembelajaran matematika.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      Hakikat Matematika

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal. Belajar matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Karena dengan belajar matematika, kita akan belajar menalar secara kritis, kreatif, dan aktif (Susanto, 2016: 183). Sejalan dengan penjelasan tersebut, Abdurrahman (2012: 203) menjelaskan bahwa matematika merupakan ilmu tentang kuantitas dan ukuran diskrit yang berlanjut.

Adapun Wijaya (2012: 20) menjelaskan bahwa matematika merupakan suatu bentuk aktivitas manusia. Matematika tidak ditetapkan sebagai suatu produk jadi, melainkan sebagai suatu bentuk aktivitas atau proses. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika dibutuhkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran matematika tersebut,

Sementara itu, Sundayana (2016: 2) menjelaskan bahwa matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika merupakan salah satu bidang studi ilmu pengetahuan dan teknologi. Penekanan pembelajaran matematika tidak hanya pada melatih dan hafal fakta, tetapi pada pemahaman konsep, dalam pemahaman tentu saja disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa, mengingat objek matematika adalah abstrak. Karena objeknya abstrak maka penanaman konsep matematika di sekolah dasar dapat mungkin di mulai dari penyajian konkret. Selain itu dalam belajar matematika, memerlukan suatu dorongan atau motivasi yang tinggi.

B.       Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa. Selain itu, pembelajaran juga merupakan usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaanya terkendali. Lebih lanjut, dikatakan bahwa pembelajaran pada hakikatnya juga merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran (Siregar dan Nara, 2010: 12).

Kurniawan (2011: 27) menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian upaya yang dilakukan guru agar terjadi proses belajar pada peserta didik. Sementara itu, Trianto (2012: 17) menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pembelajaran juga merupakan usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Selain itu, pembelajaran juga merupakan cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami suatu yang sedang dipelajari atau memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Sasaran utama pembelajaran adalah membangun gagasan sainstifik setelah siswa berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa, dan informasi dari sekitarnya (Hamdani, 2011: 23).

Adapun yang dimaksud dengan matematika seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu sebagai salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal. Belajar matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Karena dengan belajar matematika, kita akan belajar menalar secara kritis, kreatif, dan aktif (Susanto, 2016: 183). Sejalan dengan penjelasan tersebut, Abdurrahman (2012: 203) menjelaskan bahwa matematika merupakan ilmu tentang kuantitas dan ukuran diskrit yang berlanjut.

Sebagai salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika merupakan salah satu bidang studi ilmu pengetahuan dan teknologi. Penekanan pembelajaran matematika tidak hanya pada melatih dan hafal fakta, tetapi pada pemahaman konsep, dalam pemahaman tentu saja disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa, mengingat objek matematika adalah abstrak. Karena objeknya abstrak maka penanaman konsep matematika di sekolah dasar dapat mungkin di mulai dari penyajian konkret. Selain itu dalam belajar matematika, memerlukan suatu dorongan atau motivasi yang tinggi (Sundayana, 2016: 2).

Pembelajaran matematika yang diberikan di sekolah dasar dibagi menjadi tiga cabang, yaitu aritmetika, aljabar, dan geometri. Aritmetika atau berhitung merupakan cabang matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan-hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Sementara itu, aljabar merupakan kelanjutan dari aritmetika. Penggunaan abjed dalam aritmetika inilah yang kemudian disebut aljabar. Adapun geometri merupakan cabang matematika yang berkenaan dengan titik dan garis (Abdurrahman, 2012: 203-204).

Adapula karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran matematika, yaitu sebagai berikut.

1.        Matematika bersifat pencarian dari simbol dan menghubungkannya, terutama simbol berupa angka-angka.

2.        Matematika menuntut aktivitas yang kreatif, penuh imaginasi, dan bersifat menemukan, sehingga menuntut siswa untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran.

3.        Matematika membiasakan untuk memecahkan permasalahan,

4.        Matematika membutuhkan ide-ide, dan lain sebagainya (Marsigit, 2019).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

A.      Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diberikan di semua jenjang pendidikan yang bertujuan melatih siswa untuk menalar secara kritis, kreatif, dan aktif objek yang bersifat abstrak.

B.       Pembelajaran matematika merupakan salah satu pembelajaran yang mengkaji objek bersifat abstrak. Pembelajaran ini menjadi bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan melatih siswa menghafal dan memahami fakta dan konsep yang disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar (Teori, Diagnosis, dan Remediasinya). Jakarta: Rineka Cipta.

 

edukasi.kompas.com. diunduh pada 29 Juli 2020 pukul: 14.00 WIB.

 

Hadi, Syamsul dan Novaliyosi. 2019. Timms Indonesia (Trends in International Mathematics and Science Study). Prosiding Seminar Nasional dan Call for PaperUniversitas Siliwangi Tasikmalaya: tidak diterbitkan.

 

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

 

Kurniawan, Deni. 2011. Pembelajaran Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian. Bandung: Pustaka Cendekia Utama.

 

Marsigit. Philosophy of Mathematics Education. Yogyakarta: Yogyakarta University State.

 

Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ghalia.

 

Sundayana, R. 2016. Media Dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta.

 

Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group.

 

Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

 

Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu